🇵🇸 PALESTINE AND THE CRY OF WAR: Chapter #1 - The Nightmare and The Blockade

 

A person holds a Palestinian flag during the annual Quds Day (Jerusalem Day) in Cape Town, South Africa on April 14, 2023 [File: Reuters/Esa Alexander]

:: SELAYANG PANDANG ::

(Naskah Mentahan)

Di Tulis oleh Saya Sendiri (Teuku Raja), Seorang Jurnalis Media Lokal, Juga Aktivis Kemanusiaan yang bergelut di dunia Informasi dan Komunikasi serta Pemahaman Teknologi dalam pengembangan isu dan pemberitaan Moderen untuk menghindari Hoax dalam sebuah Informasi tertulis. Karya Tulisan Ilmiah ini Saya mulai di Blog Pribadi saya sebagai Bahan Referensi dan Modal Pengetahuan untuk saya nantinya yang ingin Menerbitkan Sebuah Buku dengan judul yang sama dalam konteks pembahasan yang nyata mengenai Sejarah yang sebenarnya.

Segala Bentuk dan Isi dari Karya Tulis ini Bisa mengalami Revisi dalam Bentuk secara Visual, Cover, Gagasan, Tema dan Tujuan Suatu saat Nanti, dalam Artian, Artikel yang saya tulis disini belum secara Resmi terbit ke Publik sampai benar-benar Menjadi sebuah Buku yang dapat Anda baca untuk menambah Pengetahuan dan Wawasan para pembaca.

Anggaplah Karya Tulis ini menjadi Prototype saya dalam mengumpulkan Informasi, Menyusun Kosa kata, mengembangkan Visualisasi serta Imajinasi saya dalam menghadapi isu dan Pandangan Konflik Kemanusiaan yang telah bertahun-tahun terjadi.

Jadi, Dengan Segala Hormat Saya Pribadi Mohon Doa nya untuk Teman-Teman Pembaca Sekalian agar Saya dapat Menyelesaikan Penulisan Artikel ini sampai nanti menjadi sebuah Karya Buku yang Utuh. Saya pribadi juga sangat mengharapkan Komentar dan Kritik dari Teman Pembaca sekalian untuk Bahan Pertimbangan dan Masukan dalam segala Aspek untuk Karya Tulis Ilmiah ini untuk kemajuan pemikiran dan sebagai sarana Informasi dan Pengetahuan bersama.

Kalaupun Nantinya, Artikel Ini tidak menjadi sebuah buku, setidaknya apa yang tertulis di sini bisa menjadi Informasi bagi Generasi mendatang terutama Untuk Keluarga dan Anak-Anak saya, dan Dengan ini saya sangat bangga menunjukkan Kepedulian saya atas isu Kejahatan Global dan Perang Yang Terjadi di Tanah Palestina dan Membuktikan bahwa saya Tidak DIAM walaupun tidak bisa berbuat apa-apa untuk membantu mereka yang tertindas.

Terima Kasih.

*WARNING: Pembahasan Sensitif !, Pembaca di Minta Bijak untuk Membaca dan Tidak Berasumsi Berlebihan, Jika ingin Beropini, Harap Tinggalkan Komentar yang sopan dan Mendidik.

:: ABSTRAK ::

“Pada hari ini, setiap jiwa akan dihargai atas usahanya. Sesungguhnya Allah amat cepat hisabnya”. (QS al-Mu’min 17)

Dengan Media ini, Saya nyatakan Bismillahirrahmanirrahim untuk usaha saya merangkum berbagai Isu mengenai Konflik Palestina-Israel yang sudah berlangsung selama puluhan tahun, dan saya akan Berdedikasi Untuk Menyelesaikan Artikel Karya Tulis ini, Semoga ALLAH S.W.T Menjadikan Usaha Kecil saya ini sebagai Bahan Pemberat Amal Baik saya di kemudian hari. Amien Y.R.A.

Saat orang membaca catatan amal saat saksi berada di pengadilan, mereka tidak bisa bergerak atau berdiskusi apa pun. Semua rekam jejaknya selama di dunia diperlihatkan secara detil. Apa yang mungkin tidak dapat kita bayangkan adalah bahwa meskipun seseorang ingin mencatat dan mendokumentasikan tindakan sehari-hari dalam hidupnya, catatan tersebut tidak akan selengkap catatan malaikat.

Saya Hanyalah Manusia Biasa yang sudah pasti ada Kekurangan dan Butuh bimbingan dalam Belajar dari Segala Ilmu Pengetahuan, Maka Dari itu, Koreksi saya jika saya melakukan Kesalahan dalam Proses Penulisan Artikel ini.


:: BAB #1 - Pendahuluan::

A. Latar Belakang Masalah.

Kesalahpahaman kita terhadap konflik Israel-Palestina adalah bahwa Israel identik dengan agama Kristen. Anggapan ini berlaku bagi umat Kristen, Islam, bahkan seluruh dunia. Israel tentu saja tidak ada hubungan dengan kekristenan sama sekali, baik dari segi kepercayaan juga tidak ada kaitan.

Mayoritas orang israel beragama yahudi, yang sampai sekarang masih menunggu kedatangan Mesias (Juru Selamat). Orang yahudi tidak mengakui Yesus sebagai Juru selamat. Oleh karena itu, bagi mereka, agama Kristen adalah paganisme (Kafir). Jadi bagaimana mungkin orang kristen merasa dekat dengan israel sementara di pihak lain mereka menganggap kekristenan sebagai agama Kafir ?

Dan mungkin juga banyak orang menyangka bahwa Kristen lebih dekat dengan Israel alasan psikologisnya adalah, beberapa nama populer di Alkitab seperti Hebron, Yerusalem, Yerikho dan Betlehem. Kesalahan lainnya menganggap bahwa Negara Palestina identik dengan islam. Memang mayoritas Palestina beragama islam. namun jangan lupa di palestina juga hidup masyarakat yang beragam Kristen. Buktinya sebagian jumlah korban dari kekejaman Zionis Israel banyak juga yang beragama non-muslim.

Kesalahpahaman lainnya menganggap pertikaian Israel-Palestina adalah perang Agama. terutama adalah Kristen dan Islam. anggapan ini salah besar karena pokok pertikaian sebenarnya soal politik dan berbagai Hal lainnya seperti Perebutan Wilayah, Pemusnahan Ras / Etnik Hingga Genosida.

Bangsa Israel mengklaim bahwa tanah yang diduduki sekarang punya nenek moyang mereka, tanah perjanjian dari Tuhan (The Land of Kana'an). Karena itu bangsa Palestina mendiami kawasan itu sejak ratusan tahun dan dianggap pendatang liar yg harus di lenyapkan.

B. Rumusan Masalah.

Lalu Apa yang terjadi Sebenarnya pada Tanah Palestina dari Berpuluh tahun lalu hingga sekarang ?, Mengutip Banyaknya Informasi dari media, banyak yang memberitaka informasi yang tidak kredibel, bahkan Liga-Liga Arab banyak yang bungkam perihal kekejaman ini, Mengapa ?

Perlakuan Blokade bertahun-tahun juga seperti terabaikan oleh mata kita dan penindasan yang tidak pernah kita tahu yang hanya sekedar praduga atau Insting Analisa asumsi semata ?.

Dan apa yang sebenarnya di lakukan negara-negara lainnya menanggapi Konflik ini, kenapa masih terjadi, kenapa sulitnya terbentuk perjanjian damai, apa yang di cari, apa yang di tuju, dan apa yang bisa kita lakukan ?. dan masih banyak pertanyaan lainnya yang mengganjal di hati saya pribadi atau bahkan di hati teman-teman pembaca juga.

:: BAB #1 - The Blockade Inside of Gaza ::

Pertama, mengembalikan masalah blokade Jalur Gaza sejak sekitar tiga tahun berjalan, bahayanya jika berlanjut. Warga Palestina, Arab, umat Islam dan dunia menentang berlanjutnya blokade itu. Maka sekitar 700 peserta relawan dari 40 negara membentuk Armada Kebebasan “Freedom Flotilla” untuk membawa bahan bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza dan menembus blokadenya dengan menantang militer Israel dan Para aliansinya.

Kedua, serangan militer Israel terhadap kapal bantuan terutama kapal Mavi Marmara Turki mengungkap bahwa Israel tidak lagi mempedulikan semua undang-undang internasional dan kemanusiaan dan aspirasi opini dunia. Israel tidak lagi sungkan-sungkan menggelar pembantaian demi pembantaian yang menyebabkan puluhan korban nyawa, Bahkan sampai sekarang belum dipastikan berapa nominal korban pastinya secara spesifik. Mengenai realitas kedua, tak seorang pun dari pejabat internasional pembela Israel membela serangan militer Israel kali ini, Mereka tak menemukan pembenaran atas tindakan Israel ini, Kejahatan Israel kali ini benar-benar dilakukan di depan mata disertai sikap ngotot dan kekeuh pelakunya.

Di Tahun 2008-2009, Seperti biasa, presiden demisioner Palestina Mahmoud Abbas tidak mampu menyikapi kejahatan itu, tidak seperti Israel menyerang Jalur Gaza pada tahun 2008/2009, Abbas terpaksa mengecam tindakan Israel dan menyatakan tiga hari berkabung, Ia tidak bisa menghentikan perundingan, atau menggagalkan kesepakatan keamanan dengan Amerika dan Israel untuk mengendalikan Tepi Barat dan menghabisi perlawanan hingga Abbas dilematis dan tidak bisa menuding Obama atau lainnya, Oleh karena itu Abbas hanya bisa melarikan masalah ini ke DK PBB dan ke Liga Arab, Sebab cara ini menurut pengalaman Abbas paling ampuh mematikan hak-hak bangsa Palestina, namun Liga Arab pun tak kalah dilematisnya, Sikap Sekjen Liga Arab mungkin keras, namun pada hakikatnya satu jenis dengan sikap Abbas, dengan kata lain tidak ada pengaruh apa-apa.

Sikap lebih buruk datang dari Menlu Mesir yang mengecam pembunuhan namun tidak mengecam tindakan pelarangan warga Palestina keluar Gaza, Lantas apa makna tuntutan menghentikan blokade namun dia sendiri memblokade perlintasan Rafah, perbatasan Jalur Gaza dan Mesir. Sampai di sini, masalah blokade dan pentingnya pecabutan harus dibahas kembali karena Jika tidak, semua empati terhadap konvoi bantuan dan korban-korbannya tidak memiliki makna apa-apa.

Blokade memiliki dua sisi yaitu, sisi Israel dan sisi Mesir – Palestina, tepatnya otoritas Palestina di Ramallah dan pemerintah Mesir, Biang masalahnya adalah Israel dan para pendukungnya dari Tim Kuartet, Amerika, Uni Eropa dan Sektertariat Jenderal PBB, Sementara Palestina dan Mesir hanya perespon pihak pertama, Namun salah satu penopang blokade yakni Mesir harus dipecahkan, Sebab Rafah dikuasi Mesir yang merupakan pintu gerbang bantuan terutama obat-obatan dan bahan bangunan, Mesir bersandarkan kepada kesepakatan perlintasan dimana keamanan Otoritas Ramallah di Gaza harus dihormati dan Karena Abbas dan Salam Fayyadl tidak di Gaza maka perlintasan harus ditutup. Mahmud Abbas tidak mewakilkan keamanan kepada pihak Gaza untuk mengatur perlintasan dalam membuka blokade, tidak pula Mesir. Jadi, siapa yang memblokade Gaza dari sisi Mesir, bukankah Mahmud Abbas sebelum yang lain?.

Kemudian, bukanlah pemerintah Mesir bisa berinteraksi dengan pemerintah Hamas sebagai de facto sebab dialah pemegang legalitas politik sesungguhnya, Sementara pemerintah Salam Fayyad sendiri tidak memiliki legalitas, Bagaimana Otoritas Palestina minta pembukaan blokade sementara ia yang melakukan secara resmi?, Bagaimana Mesir meminta pembukaan sementara dia yang menerapkan blokade itu secara resmi?

Sementara dari sisi hakikat di balik blokade atas Gaza oleh Israel – Amerika di satu sisi dan Palestina (otoritas Abbas) dan Mesir di sisi lain bisa disimpulkan berikut:

  • Level Pertama: Blokade itu jelas bertujuan menundukkan Hamas agar menerima syarat-syarat Tim Kuartet yakni mengakui Israel dan melepaskan diri dari perlawanan termasuk dari wilayah Jalur Gaza.
  • Level kedua: menundukkan Hamas kepada otoritas Palestina di Ramallah dan mau mengikuti politik konsesi dan perundingan dibawah mediasi Mesir.
Anehnya, blokade selama tiga tahun itu diselingin agresi Israel ke Jalur Gaza tidak mampu mewujudkan tujuannya. Hamas tidak sudi tunduk dan tidak ada tanda-tanda mau tunduk, Jadi jika blokade dilanjutkan, sudah tidak ada lagi tujuan politis, Sebab blokade semakin memperkuat semangat Hamas dan Jalur Gaza, Sebaliknya mereka yang memblokade Jalur Gaza dan pendukungnya justru dikucilkan oleh dunia, Sebab dunia kini sudah menuding mereka menggelar blokade sebagai bentuk kejahatan sesuai dengan hukum internasional karena dianggap sanksi massal.

Adapun di tataran Palestina dan Arab, blokade adalah kejahatan terhadap bangsa Palestina dan persatuan nasionalnya. Di atas semua itu, blokade adalah kejahatan terhadap persaudaraan dan kesatuan umat.


(Sebuah Karya Tulis Journal Historical by Teuku Raja)
Sumber Referensi: Akan di Tulis pada Daftar Pustaka di Akhir Karya Tulis Ilmiah ini.

Teuku Raja

Philosophy and Psychology Addict, Culture and Humanity Activist, and Historical, Social, Technician Sains Enthusiast

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak