🇵🇸 PALESTINE AND THE CRY OF WAR: Chapter #4 - All Eyes on Rafah

 

All Eyes on Rafah Illustration by Daniyal Khanzada | Behance

*WARNING: Pembahasan Sensitif !, Pembaca di Minta Bijak untuk Membaca dan Tidak Berasumsi Berlebihan, Jika ingin Beropini, Harap Tinggalkan Komentar yang sopan dan Mendidik.


:: BAB #4 - All Eyes on Rafah ::

Tren aktivitas pro-Palestina di media sosial telah meningkat sejak Israel melancarkan serangan ke Gaza pada 7 Oktober, yang menewaskan lebih dari 1.100 warga sipil dan menyandera lebih dari 200 orang.

Meskipun kampanye pemblokiran besar-besaran terhadap selebriti yang tidak secara vokal mendukung Palestina juga mendapat perhatian, dukungan terhadap warga sipil Israel juga meningkat, terkadang menimbulkan reaksi balik.

Berkat kemajuan teknologi AI, para aktivis kini dapat membuat konten yang menyampaikan pesan-pesan penting dengan tetap mematuhi aturan platform media sosial.

Pada hari Senin tanggal 13 Mei terjadi ketegangan di perbatasan antara Israel dan Gaza.
Truk yang membawa bantuan kemanusiaan untuk warga Gaza dihentikan dan isinya dimusnahkan oleh sekelompok warga Israel. Peristiwa ini hanya menambah ketegangan di wilayah yang sudah lama dilanda konflik dan penderitaan. 


Protes dan penghancuran bantuan 

Video yang beredar viral di media sosial menunjukkan pengunjuk rasa Israel tidak hanya menghentikan truk bantuan tetapi juga menghancurkan isinya. Dalam rekaman itu, terlihat bahwa orang-orang Israel menunjukkan paket makanan, termasuk DUS-DUS yang berisi harmoni, di tanah dan merusaknya. 

Tindakan ini terjadi dalam pemeriksaan ujian sesuai dengan video yang telah diverifikasi oleh bangunan, oleh tanda -tanda dan bukit di sekitarnya. Kebijakan yang kontradiktif 

Tindakan warga Israel ini bertentangan dengan kebijakan resmi pemerintah Israel yang berjanji akan mengizinkan pasokan kemanusiaan masuk ke Gaza tanpa gangguan. 

 

Reaksi internasional 

Kejadian ini menarik perhatian dan kecaman dunia internasional. Banyak yang mengkritik tindakan para pengunjuk rasa sebagai tidak manusiawi dan melanggar hak-hak dasar warga Gaza untuk menerima bantuan kemanusiaan. Blokade yang sudah berlangsung lama telah membuat warga Gaza bergantung pada bantuan dari luar untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka, dan hancurnya bantuan tersebut hanya memperburuk situasi. 

 

Dampak terhadap warga Gaza 

Bantuan kemanusiaan, termasuk makanan dan obat-obatan, sangat penting bagi kelangsungan hidup warga Gaza yang menghadapi kondisi kehidupan yang sangat sulit. Blokade dan penghancuran bantuan telah memperburuk krisis kemanusiaan di wilayah tersebut. Indomie, sebagai makanan pokok yang mudah disiapkan, memberikan bantuan yang sangat berarti bagi banyak keluarga di Gaza.


Verifikasi video viral 

Video kejadian ini diverifikasi dengan mengidentifikasi bangunan, tanda, dan bukit yang terlihat dalam gambar. 

Verifikasi ini memastikan bahwa kecelakaan itu benar-benar terjadi di pos pemeriksaan Israel, tempat kecelakaan itu terjadi. Verifikasi ini penting untuk menjamin keaslian informasi dan mencegah penyebaran berita palsu. 

 

Upaya bantuan kemanusiaan di masa depan 

Insiden ini menyoroti pentingnya pemantauan dan perlindungan jalur bantuan kemanusiaan. Organisasi internasional dan negara-negara yang terkena dampak harus terus memberikan tekanan kepada pihak-pihak yang terlibat konflik agar bantuan kemanusiaan dapat menjangkau mereka yang membutuhkan tanpa hambatan. 

Komunitas internasional juga harus mengambil langkah-langkah yang lebih kuat untuk menegakkan hukum kemanusiaan internasional dan melindungi warga sipil di zona konflik. Insiden warga Israel menghancurkan kotak berisi Indomie di perbatasan Gaza merupakan tindakan keji yang memperburuk krisis kemanusiaan di wilayah tersebut. 

Meski pemerintah Israel berjanji akan mengizinkan bantuan kemanusiaan tanpa campur tangan, namun kenyataan di lapangan menunjukkan terdapat kendala dan tindakan yang bertentangan dengan kebijakan tersebut. Adalah penting bahwa komunitas internasional terus memantau situasi ini dan memastikan bahwa bantuan kemanusiaan dapat mencapai yang membutuhkan.

Presiden AS Joe Biden kembali menarik perhatian dunia dengan mengumumkan bantuan senjata baru senilai $1 miliar atau sekitar Rp 16 triliun kepada Israel. 

Langkah ini diumumkan Wall Street Journal (@WSJ) pada Rabu 15 Mei dan memancing reaksi berbeda dari berbagai pihak. Bantuan tersebut mencakup pengiriman amunisi untuk tank, kendaraan taktis, dan mortir, yang totalnya bernilai miliaran dolar. 

 

Rincian bantuan militer 

Menurut laporan yang diterbitkan oleh Al Arabiya (@alarabiya), paket bantuan ini meliputi: 

- Amunisi tank: senilai 700 juta dollar AS. Amunisi ini penting bagi Israel untuk memperkuat kemampuan tempur tanknya, yang merupakan bagian penting dari angkatan bersenjata darat negara tersebut. 

- Kendaraan taktis: senilai 500 juta dollar AS. Kendaraan ini mencakup berbagai jenis, mulai dari pengangkut pasukan hingga kendaraan lapis baja yang digunakan dalam operasi militer. 

- Mortar: senilai 60 juta dollar AS. Mortir merupakan senjata yang digunakan untuk melancarkan serangan jarak jauh dan sangat efektif dalam konflik di perkotaan maupun pedesaan. 

 

Kontroversi mengenai bantuan 

Pengumuman bantuan ini muncul hanya beberapa hari setelah Amerika Serikat menghentikan pengiriman militer ke Israel akibat rencana serangan Israel di Rafah, Gaza. Pemerintah AS di bawah kepemimpinan Joe Biden sebelumnya sempat menolak rencana invasi tersebut karena perbedaan kepentingan strategis dan kemanusiaan. 

 

Reaksi internasional 

Bantuan senjata baru dari Amerika Serikat ini menuai reaksi keras dari berbagai pihak. Banyak yang melihat langkah ini sebagai sebuah kontradiksi mengingat keputusan AS untuk menghentikan pengerahan militer sebelumnya. Kritikus mengatakan bantuan ini dapat memperburuk situasi di Gaza dan memperpanjang konflik yang sudah berlangsung lama.

 

Perspektif pemerintah AS 

Pemerintah AS mengklaim bantuan ini dimaksudkan untuk mendukung sekutu utamanya di Timur Tengah, Israel, dalam pertahanannya terhadap ancaman eksternal. Mereka juga menegaskan bahwa bantuan ini merupakan bagian dari komitmen jangka panjang Amerika Serikat terhadap keamanan Israel. 

Namun, penundaan pengiriman militer sebelumnya menunjukkan ketegangan hubungan kedua negara akibat kebijakan Israel di Gaza. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun Amerika Serikat mendukung Israel, ada batasan yang tidak ingin dilewati oleh pemerintahan Biden. 

 

Dampak di lapangan 

Bantuan bersenjata baru ini kemungkinan besar akan memperkuat posisi militer Israel di wilayah tersebut. Dengan tambahan amunisi untuk tank, kendaraan taktis, dan mortir, Israel akan mendapat keuntungan lebih besar dalam konflik yang sedang berlangsung, baik dengan kelompok militan di Gaza maupun potensi ancaman dari negara tetangga. 

 

Dampak politik 

Secara politis, langkah tersebut dapat mempererat hubungan Amerika Serikat dan Israel, namun juga berpotensi meningkatkan ketegangan dengan negara-negara Timur Tengah lainnya yang menentang kebijakan militer Israel. Hal ini juga dapat mempengaruhi opini publik internasional terhadap Amerika Serikat, terutama negara-negara yang mendukung Palestina. 

 

Dampak kemanusiaan 

Dari sudut pandang kemanusiaan, bantuan ini dapat memperburuk kondisi di Gaza, dimana konflik berkepanjangan telah menyebabkan krisis kemanusiaan yang besar. Pengiriman senjata lebih lanjut dapat berarti peningkatan kekerasan, yang pada akhirnya merugikan warga sipil di wilayah tersebut. 

Keputusan Joe Biden untuk memberikan bantuan senjata baru senilai $16 triliun kepada Israel merupakan langkah yang penuh kontroversi dan berpotensi menimbulkan dampak signifikan, baik secara militer, politik, dan kemanusiaan. Meskipun keputusan tersebut bertujuan untuk memperkuat sekutu utama Amerika Serikat di Timur Tengah, keputusan tersebut juga mendapat kritik keras dan menimbulkan pertanyaan mengenai komitmen Amerika Serikat terhadap perdamaian dan stabilitas di kawasan. 

Ke depan, penting bagi pemerintahan Biden untuk menyeimbangkan dukungan terhadap Israel dengan upaya diplomatik yang lebih intens untuk mencapai perdamaian di Timur Tengah. Bantuan militer seperti ini harus disertai dengan inisiatif-inisiatif yang mendukung penyelesaian konflik secara damai dan berkelanjutan, agar tidak semakin memperpanjang penderitaan di kawasan yang sudah lama dilanda konflik.

Situasi Timur Tengah kembali memanas dengan adanya perang tagar di media sosial. Setelah tagar “All Eyes on Rafah” menjadi viral untuk mendukung Palestina, pemerintah Israel merespons dengan kampanye tagar baru. Pemerintah Israel merilis poster bergambar seorang anak menghadap pria bersenjata disertai teks "Di mana matamu pada 7 Oktober?"


Berita dari 7 Oktober 

Tanggal 7 Oktober mengacu pada serangan Hamas terhadap Israel yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan memenjarakan 240 orang. Serangan ini memicu agresi balasan Israel terhadap Gaza, yang kemudian menyasar kota Rafah. Bila di Saksikan dan di pikirkan secara logika, Jelas Ini Tidak Adil !!, baik dalam jumlah bangunan yang roboh dan jumlah korban jiwa dari kedua pihak. 

Wilayah Rafah ini telah menjadi titik fokus konflik yang sedang berlangsung, dengan serangan Israel yang menewaskan berpuluhan Penduduk Palestina yang mengungsi dan melukai ratusan lainnya. Israel mengatakan serangan tersebut bertujuan untuk menghancurkan infrastruktur dan anggota Hamas, meskipun serangan tersebut juga mengenai kamp pengungsi yang dihuni warga sipil.

 

Situasi di Rafah 

Kota Rafah di Gaza menjadi salah satu sasaran utama serangan Israel. Puluhan warga Palestina tewas dan ratusan lainnya luka-luka akibat serangan tersebut. Israel mengklaim bahwa serangan itu ditujukan pada posisi Hamas, namun kenyataannya banyak korbannya adalah warga sipil, termasuk anak-anak dan perempuan. Tanggapan Mahkamah Internasional.

Mahkamah Dunia Internasional telah mendesak Israel untuk menghentikan serangan membabi-buta militernya di Rafah. Walaupun Begitu, serangan ini masih saja terus terjadi, menunjukkan ketegangan dan kegagalan dalam menghormati keputusan internasional. Hingga saat ini, agresi Israel di Gaza telah menewaskan lebih dari 36.000 orang, sebagian besar adalah anak-anak dan perempuan. 

 

Perang hastag di media sosial 

Tagar “Semua mata tertuju pada Rafah” awalnya muncul sebagai bentuk dukungan terhadap warga Palestina yang menjadi korban serangan Israel di Gaza. Tagar tersebut mendapat perhatian luas di media sosial, menarik simpati internasional dan meningkatkan kesadaran akan situasi di Gaza. 

Sebagai tanggapan, pemerintah Israel meluncurkan kampanye hashtag baru yang menampilkan gambar-gambar yang menyoroti serangan Hamas pada 7 Oktober. Poster -poster yang dimuat oleh pemerintah Israel menunjukkan seorang anak yang tak berdaya di depan pria bersenjata, dengan teks "Di mana matanya pada tanggal 7 Oktober?" Poster ini bertujuan untuk mengingatkan dunia dalam serangan brutal menyebabkan kritik terhadap operasi militer Israel di Gaza. 

 

Dampak dan Reaksi Internasional 

Perang tagar ini mencerminkan bagaimana jejaring sosial telah menjadi medan perang baru dalam konflik Israel-Palestina. Ketika kedua belah pihak menggunakan platform digital untuk menyebarkan narasi mereka, masyarakat internasional dibombardir dengan perspektif yang bertentangan. Dukungan dan kritik datang dari seluruh dunia sehingga memperkuat polarisasi pendapat terhadap konflik ini. Banyak organisasi hak asasi manusia dan negara di seluruh dunia mengutuk tindakan kekerasan yang dilakukan kedua belah pihak. 

Namun penyerangan terhadap warga sipil, khususnya di Rafah, telah menimbulkan kemarahan dan simpati yang mendalam terhadap masyarakat Palestina. Kampanye hashtag "Where were your eyes on 7 October" yang diluncurkan oleh pemerintah Israel merupakan respons langsung terhadap dukungan global terhadap Palestina yang diwujudkan dalam hashtag "All Eyes on Rafah". 

Meskipun tagar tersebut mengingatkan dunia akan serangan mematikan Hamas, banyak yang merasa bahwa itu adalah upaya untuk mengalihkan perhatian dari penderitaan yang dialami warga Gaza akibat operasi militer Israel. Situasi ini menggambarkan betapa kompleksnya konflik Israel-Palestina dan bagaimana masing-masing pihak menggunakan segala cara, termasuk media sosial, untuk mendapatkan dukungan dan membentuk opini publik. 

Dalam konflik yang sudah berlangsung lama ini, korban terbesar tetaplah warga sipil tak berdosa, yang tetap menjadi sasaran perebutan kekuasaan dan wilayah di Timur Tengah.

(To Be Continued..)

(Sebuah Karya Tulis Journal Historical by Teuku Raja)
Sumber Referensi: Akan di Tulis pada Daftar Pustaka di Akhir Karya Tulis Ilmiah ini.

Teuku Raja

Philosophy and Psychology Addict, Culture and Humanity Activist, and Historical, Social, Technician Sains Enthusiast

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak