Ephemera: The Metamorphoself

Gambar: Ilustrasi Revolusi Diri

Revolusi diri, suatu istilah yang berpadanan kata dengan membetulkan diri, evolusi diri, dan peningkatkan kapasitas diri, berpadanan kata dengan kontemplasi diri, yang erat kaitannya dengan sikap-sikap korektif, refleksi diri, introspeksi diri.

Revolusi diri, adalah bagian dari kegiatan integral insan menuju kapasitas “lengkap” dimata Tuhannya, dimata dirinya, dan oranglain.

Revolusi diri, begitulah istilah yang hendak aku sampaikan, dan semoga istilah ini tidak dalam kesan membesar-besarkan sesuatu hal, atau menciptakan “berat” sesuatu hal, yang pada dasarnya ialah mudah, dapat dilaksanakan oleh siapapun, bisa difahami oleh orang dengan pelbagai kapasitas keilmuan dan pemahaman sekalipun.

Revolusi diri, suatu sikap membetulkan pemahaman diri, sikap membuka tabir diri, tabir manusia, bahwa dirimu mempunyai potensi diri yang dapat diaktualisasikan dalam pelbagai hal menjadi prestasi-prestasi, dan prestasi-prestasi ini bakal ditentukan bagaimana bagaimana upaya setiap manusia tersebut sendiri guna memperolehnya, dan seterusnya.

Revolusi diri, tidak berbatas pada menanam sikap-sikap pada lajur yang sebenarnya, bukan pula terbatas pada aspek-aspek yang har us dirubah, atau terdapat tidaknya hal-hal penggubah (motivasi berubah).

Ia tidak sebatas merubah pola pikir dan sudut pandang pemahaman kamu terhadap sesuatu, tidak saja sekedar meluruskan tutur kata, sikap, perilaku kamu menjadi lebih baik, namun lebih dari itu tergolong dari kegiatan kita tentang revolusi diri-pun antara lain: mengetahui kesulitan-kesulitan, kegelisahan-kegelisahan, sekitar kita berevolusi diri, sampai-sampai kita dapat mengantisipasi “agenda” ini dalam batasan-batasan yang wajar.

Lalu yang terakhir, ialah bagaimana kamu mengkondisikan diri supaya senantiasa dalam keadaan gigih dalam rangka evolusi diri, sikap, tutur kata, perbuatan, prestasi-prestasi, menjadi lebih baik, menjadi yang terbaik.

Revolusi diri, menurut keterangan dari aku, adalah bagian dari proyek besar yang erat kaitannya dengan proses tafakur insan dalam memahami, meresapi, menghayati dirinya sendiri, mencari semua potensi, menyeimbangkannya, dan menelurkannya menjadi hal-hal besar dalam sejarah, yang mana me sti dan memang me sti dibuka dari diri sendiri, tidak melupakan diri kamu sendiri.

Sebagaimana firman Allah swt: “Apakah kamu menyuruh orang lain supaya berbuat baik, sedangkan kamu sendiri melupakan dirimu sendiri, padahal kamu membaca kitab.

Revolusi diri yang kaitannya dengan membetulkan diri dapat dibuka dari hal-hal simpel seperti: meninggalkan kelemahan atau tindakan salah, menyesalinya dan bertekad untuk membetulkan dan “sikap kembali”, sementara Revolusi diri yang kaitannya dengan mengembangkan diri dalam situasi terbaik, dibuka dengan hal-hal seperti: menyimak “buku hidup” kamu (maksud destinasi kita terdapat di lingkungan kita), membuat ruangan kreatif yang sarat inspirasi untuk diri guna berkembang, menajamkan ulang keterampilan dan tingkat keilmuan kita supaya upaya di masa mendatang dapat selesai menjadi kegemilangan-kegemilangan, dan sebagainya.

Bisa jadi, persoalan besar yang senantiasa terjadi terhadap diri kita, disebabkan oleh kualitas diri kamu yang masih rendah, sebab ketidakmampuan diri kamu mengembangkan segenap potensi menjadi prestasi, atau bahkan dapat jadi sebab ketidakmampuan diri kita untuk tidak sedikit “membaca”, menyimak diri, menyimak alam sekitar, menyimak orang-orang diluar sana yang telah terlebih dahulu melejitkan dirinya sebagai individu unggul.

Inilah unsur dari proses besar kita, penelusuran petunjuk, penelusuran kefahaman diri, sampai-sampai kita terhindar dari hal-hal merugikan guna kita, dan orang di dekat kita.

“Hai orang-orang yang berimana, jagalah dirimu; tidaklah orang/(sesuatu) yang sesat tersebut akan member mudharat kepadamu bilamana kamu sudah mendapatkan petunjuk” (QS. Al-Maidah:105).

Mari kita mengawali segala halnya dengan pengendalian diri, bermula dari revolusi diri sendiri, sebelum nanti kita beralih kepada revolusi yang lebih luas lagi.

“..Sesungguhnya Allah tidak merubah suasana suatu kaum sampai-sampai mereka merubah suasana yang terdapat pada diri mereka sendiri..” (QS. Ar-Ra’d:11).

Proses revolusi diri ini, antara beda pembinaan dan perbaikan, bermula dari kita membangun iman (aqidah) kita, menjadikannya sebagai kepribadian batiniyah kemusliman kita, memperluas pandangan kita terhadap wujud eksistensi kita, menyeluruh dengan filsafat hidup yang benar, dan terakhir ialah sudah tidaknya kita merencanakan masa mendatang melalui proyek kemajuan yang sempurna, dan sebagainya.

Revolusi diri yang benar (menurut keterangan dari aku pribadi), mesti dilaksanakan secara seimbang, dan tetap mempertimbangkan hal-hal yang sehubungan dengan sebab dampak perbuatan, perilaku manusia tersebut sendiri, bahkan bila perlu, dilaksanakan evaluasi-evaluasi, dan merotasi segala potensi kamu menjadi hal-hal bermanfaat dan berfungsi tidak sebatas di masa sekarang, akan namun dapat dialami manfaatnya di masa depan, tidak melulu di dunia.

“Orang yang pandai ialah yang menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri serta beramal guna kehidupan setelah kematian.

Sedangkan orang yang lemah ialah yang dirinya mengekor hawa nafsunya serta bercita-cita terhadap Allah SWT.

Dan yang terpenting dari proses revolusi diri kamu adalah, bagaimana proses-proses itu, walau kecil, dapat senantiasa dalam peningkatan, dalam keberlangsungan yang continue.“(Ketahuilah bahwa) amalan yang paling disukai Allah ialah bernaung padanya.

Dari pembahasan diatas, kita dapat mengetahui bahwa revolusi diri terbaik ialah lahirnya tindakan-tindakan konkrit, tergolong pula untuk aku yang masih belajar tentang hal ini, sebab jiwa-jiwa muda itulah, yang menjadikan Konkrit, dan semoga tidak “menjebaki” dirimu pada kondisi-kondisi rumit, dan sebagainya.

Islah, begitulah kata terindah yang mampu dikatakan islam melewati bahasanya.

Lagi-lagi aku meminta maaf, andai tulisan ini tidak cocok dengan lisannya, bila artikel ini tidak sejujur perbuatannya, sebab aku juga masih belajar mengetahui hidup dan kehidupannya, berjuang memahami potensi diri dan aktualisasinya, dan berupaya memenangkan segala halnya menjadi prestasi-prestasi nyata di dunia yang sebenarnya, tidak sebatas pada artikel saja.

Marilah kita memulai membetulkan diri kita melewati hal-hal gampang dan praktis ini: Mukasyafah (memeriksa diri dan berterus cerah terhadap diri kamu sendiri), Muahadah (berjanji untuk Allah swt, diri kamu dan “alam sekitar” bahwa kita dapat memperbaiki keaiban kamu dan menjadi individu terbaik menurut keterangan dari Allah swt dab Rasul-Nya), lalu kamu bermuroqobah (merasai diri kita dipantau dan diacuhkan oleh Sang pencipta kita, seluruh sikap, ucap, perbuatan, dan perbuatan kita), dan selanjutnya ialah kita bermujahadah, berupaya sekuat tenaga guna proaktif dalam tindakan-tindakan nyata, konkrit.

Dan yang terakhir, ialah bermuhasabah, menakar diri, telah sejauh mana kita melakukan sesuai petunjukNya, dan nilai-nilai kebaikan, nilai-nilai prestasi dunia-akhirat kita).

Wallahu ‘alam, semoga kita dapat mengamalkan seluruh ini, dalam kehidupan kita semua sehari-hari. InsyaAllah..

Teuku Raja

Philosophy and Psychology Addict, Culture and Humanity Activist, and Historical, Social, Technician Sains Enthusiast

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak